![]() |
Masa Depan KU... |
Sejak pertama bertemu dengan dirinya, mata ini sudah tidak bisa melirik pria lain. Pesonanya telah melumpuhkan pandangan ini, tak sedetikpun waktu yang aku lalui tanpa melihatnya. Namanya Yubad seorang anak laki-laki yang memiliki wajah yang lumayan tampan, karismatik dan ternyata diam-diam dia memiliki sifat yang humoris.
Awalnya dia terlihat begitu dingin pada setiap perempuan di kelas ku, tetapi setelah berjalannya waktu akhirnya kita bisa berkenalan satu sama lain. Dia memiliki mata yang indah dan jika dia tersenyum aku bisa merasakan semilir angin di wajahku, sangat sejuk dan hal yang paling aku suka dari dia saat dia mulai tersenyum dan mulai menatap kearahku.
Pertemuan selanjutnya berjalan perlahan tapi pasti, dia mulai berani untuk mendekati ku, awalnya hanya sekedar menyapa selanjutnya kami mulai berkomunikasi. Hampir setiap hari kita berdua selalu menghabiskan waktu untuk sekedar berbincang-bincang. Semakin lama perasaan aku mulai tak menentu, saat dia di dekat ku jantung ku rasanya berdetak tak berarah, tangan ku terasa lebih dingin saat dia mulai menatap ku. Jika dia tak berada di samping ku kegelisahan mulai menyelimuti hati ini, perasaan ku mulai gusar. Beberapa bulan setelah itu dan akhirnya yubad mulai memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya kepada ku. Saat itu kami berdua sedang berada di rumah kosan ku di sana teman terbaiku Muna sedang tertidur pulas, sehingga hanya kami berdua yang masih berbincang-bincang. Semenjak itu kita berdua semakin dekat satu sama lain, dan kita lebih sering pergi berdua.
Satu tahun berlalu perasaan ku masih sama, hatiku masih sangat mencintainya dan tak sanggup pergi jauh dari sisinya. Namun seiring berjalannya waktu rasa itu mulai memudar. Perlahan mulai terlihat sifat dan karakter dari kami masing-masing. Yubad dengan prinsipnya yang kuat, keras, dan dia lebih cemderung menginginkan seorang wanita yang anggun, penurut, dan mandiri. Sedangkam aku seorang wanita yang lemah, Manja, dan terkadang apa yang aku inginkan harus terlaksana pada saat itu juga. Sifat aku yang seperti itu yang terkadang membuat dia marah, dan kesal.
Dua tahun berikutnya, kami masih saling mencintai hanya saja presentasenya sudah mulai sedikit berkurang. Waktu pertemuan kami sudah mulai agak berkurang, dia sibuk dengan urusannya dan begitupun dengan ku. Kini kami mulai realistis bukan hanya cinta yang kami butuhkan tapi perjuangan untuk masa depan yang harus kami hadapi nantinya. Cinta memang membuat kami kuat menjalani semua permasalah tapi cinta saja tidak cukup untuk membuat seseorang dapat di terima oleh dunia, dengan cinta yang aku punya sekarang akan aku rubah masa depanku dengannya. Aku ingin mewujudkan semua keinginan yang sejak kecil sudah aku rencanakan, begitupun dengan Yubad dia memiliki segudang rencana-rencana bahagia yang ingin dia lakukan. Aku ingin menjadi seorang istri yang pantas untuk anak-anakku, seorang istri yang bisa membanggakan suaminya dan seorang istri yang bisa merubah keluarga kecilnya menjadi keluarga yang paling bahagia. Tapi kami hanya bisa merencanakan semua itu karena semuanya hanya takdirlah yang menentukan kemana kita nanti, dengan siapa kita menjalani hari tua dan kapan kita akan pergi.
Allahua'lam
Pertemuan selanjutnya berjalan perlahan tapi pasti, dia mulai berani untuk mendekati ku, awalnya hanya sekedar menyapa selanjutnya kami mulai berkomunikasi. Hampir setiap hari kita berdua selalu menghabiskan waktu untuk sekedar berbincang-bincang. Semakin lama perasaan aku mulai tak menentu, saat dia di dekat ku jantung ku rasanya berdetak tak berarah, tangan ku terasa lebih dingin saat dia mulai menatap ku. Jika dia tak berada di samping ku kegelisahan mulai menyelimuti hati ini, perasaan ku mulai gusar. Beberapa bulan setelah itu dan akhirnya yubad mulai memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya kepada ku. Saat itu kami berdua sedang berada di rumah kosan ku di sana teman terbaiku Muna sedang tertidur pulas, sehingga hanya kami berdua yang masih berbincang-bincang. Semenjak itu kita berdua semakin dekat satu sama lain, dan kita lebih sering pergi berdua.
Satu tahun berlalu perasaan ku masih sama, hatiku masih sangat mencintainya dan tak sanggup pergi jauh dari sisinya. Namun seiring berjalannya waktu rasa itu mulai memudar. Perlahan mulai terlihat sifat dan karakter dari kami masing-masing. Yubad dengan prinsipnya yang kuat, keras, dan dia lebih cemderung menginginkan seorang wanita yang anggun, penurut, dan mandiri. Sedangkam aku seorang wanita yang lemah, Manja, dan terkadang apa yang aku inginkan harus terlaksana pada saat itu juga. Sifat aku yang seperti itu yang terkadang membuat dia marah, dan kesal.
Dua tahun berikutnya, kami masih saling mencintai hanya saja presentasenya sudah mulai sedikit berkurang. Waktu pertemuan kami sudah mulai agak berkurang, dia sibuk dengan urusannya dan begitupun dengan ku. Kini kami mulai realistis bukan hanya cinta yang kami butuhkan tapi perjuangan untuk masa depan yang harus kami hadapi nantinya. Cinta memang membuat kami kuat menjalani semua permasalah tapi cinta saja tidak cukup untuk membuat seseorang dapat di terima oleh dunia, dengan cinta yang aku punya sekarang akan aku rubah masa depanku dengannya. Aku ingin mewujudkan semua keinginan yang sejak kecil sudah aku rencanakan, begitupun dengan Yubad dia memiliki segudang rencana-rencana bahagia yang ingin dia lakukan. Aku ingin menjadi seorang istri yang pantas untuk anak-anakku, seorang istri yang bisa membanggakan suaminya dan seorang istri yang bisa merubah keluarga kecilnya menjadi keluarga yang paling bahagia. Tapi kami hanya bisa merencanakan semua itu karena semuanya hanya takdirlah yang menentukan kemana kita nanti, dengan siapa kita menjalani hari tua dan kapan kita akan pergi.
Allahua'lam
0 komentar:
Posting Komentar